TEAR DROP STONE
Lagi, mengapa harus dan kenapa kembali terjadi.
Aku masih tidak mengerti Tuhan, sebenernya ada apa ini?
Apa yang sungguh engkau rencanakan?
Aku selalu meyakini bahwa pasti ku kan lihat pelangi kasih-Mu. Ya aku yakin...
Tapi....rasanya sakit sekali, sakit untuk kembali mengalami ini, apa semua cowok sudah mati rasa? Apa aku harus menjadi orang jahat dan kalau perlu aku sakiti hati mereka sampai paling terdalam Tuhan?
Aku bukankah tipe wanita yang mudah untuk jatuh cinta atau bergonta ganti pacar, atau yang mudah melupakan.
Mendengar kalimat itu kembali rasanya aku ingin menonjok wajahnya, memukulnya, berteriak di hadapannya.
Apa gunanya semua kalimat meyakinkan dia? Jangan kan dia ingkar kepaku, kepada teman temannya pun, apa dia sudah melupakan semua ucapannya? Tuhan, tolong, Tuhan. Aku sudah kuat kok aku sudah sangat kuatt untuk hadapi semua itu, yang membuat aku selalu siap kapan pun saat nya aku akan di tinggalkan.
Tapi hanya saja... aku ingin serius Tuhan, aku ingin benar benar menjalani semua itu.
Di saat sedih, saat bahagia, saat sehat, saat sakit, saat tertawa, saat menangis, saat berwarna, saat hitam putih, saat berjaya, saat terjatuh. Aku ingin menjalani, aku ingin sekali menjadi dampak positif untuk seseorang, mungkin diriku yang terlalu kaku dalam menjalani, yang membuat kadang tak terasa romantis yang membuat mereka semua pergi begitu saja.
Yap Tuhan, memang tak ada kata kembali bersama masa lalu, tapi aku juga tak ingin kembali menangis setiap kali menambah masa lalu ku.
Ku ingat hari jumat lalu. baru saja kami bertemu, merayakan natal bersama, dan sejak awal kami bertemu sampai kedekatan ku bersama dia yang mungkin bisa dihitung karena memang kami belum lama menjalin bersama, tapi rasanya ini yang paling sakit Tuhan, dari semua yang sudah berlalu, inilah yang membuat aku benar benar mati rasa, hasrat ku untuk menjalani semua nya seakan akan di rampas dan rasanya aku hanya ingin diam, di ruang kosong bersama Engkau dan ku paksa untuk menjelaskan maksud semua kejadian ini.
Melihat nya saja aku ingin sekali, ingin sekali menyakitinya, tapi sampai sedekat iniii pun jarak beberapa langkah, rasanya dia tak bisa ku gapai.
Dan tempo hari, saat semua ini berakhir ku tak bisa berkata apa-apa. Kalimat terakhir dia yang begitu ringan, seakan akan mengiris semua lidahku sampai sampai aku tak bisa lagi banyak berbicara.
Saat pulang, aku memandang lampu kota berusaha untuk sejenak berfikir keras apa yang membuat semua ini terjadi lagi dan lagi? Apa aku yang kurang cantik? Atau kurang mempercantik diri? Sehingga membosankan?
Atau apaaaaaa! Kenapa aku tak bisa mendapatkan jawaban itu, selalu, se la lu. Menggantung pergi dengan banyak tanda tanya tersisa di kepala ini.
Dan akhirnya emosi ku meluap di atas mesin beroda dua ini. ku menangis, menangis bukan karena berakhir nya hubungan ini, tapi kenapa kejadian ini tak pernah berakhir? Mengapa aku hanya bisa memandangi teman teman ku?
Mengapa mereka bisa selalu bersama orang yang mereka ingini untuk bersama? Mengapa mereka bisa mendapatkan laki laki yang setia? Mengapa? Mengapa aku tidak?
Aku engga pernah menuntut pasangan ku untuk merubah diri nya, kalau memang itu tidak merugikan dirinya. Ku selalu berusaha fokus hanya kepada dia.
Ku memang terlihat dekat dengan banyak teman khusus nya cowok tapi aku tahu pasti, tahu dengan pasti siapa pemilik hati ku dan siapa yang ada di hatiku. Aku tahu.
Tapi, Mengapa?