Rabu, 22 Juli 2015

LAST PAGE

Hari ini, hari baru dimana yang akan kulakukan sudah tak lagi bersama dengan nya.
Hari dimana pada akhirnya, akhir yang terjadi di awal sebelum terjadi di akhir nanti pun aku hadapi saat ini.

Hari dimana sudah tak ada lagi yang akan kutunggu dan menunggu sebuah pesan singkat yang begitu membuatku bahagia.

Tak ada lagi yang akan ku jumpa pertama ketika keluar pintu rumah di pagi hari kuliah pada senin dan kamis. Tak ada lagi saatnya ku menunggu nya selesai lembur.

Bukan karna tersakiti, aku pun merasa tak tersakiti, dia tidak menyakitiku, tetapi cukup rasanya sakit ini bercabang hingga ke sekujur tubuh. Sakit yang timbul bukan dari perbuatan mu tapi dari ketegaran hati masing masing.

Saat dimana ku tak dapat merasakan begitu bahagianya ucapan selamat pagi dan selamat malam sebahagia saat kemarin.
Yap. Hari ini semua sudah selesai.

Saat awal yang akan merubah dirinya dan diriku. Saat dimana aku akan bergulat kembali dengan dunia ku sendiri tak ada dirinya lagi yang ku temui dibalik alasan ku tersenyum dan tertawa seperti yang membuat orang disekitarku mengatakan aku "gila" dan "tidak waras". Tidak lagi saat ini.

Saat ku melihat. Dan tak akan melihat kembali dirinya sedih memikirkan kapan aku akan memakai jilbab, atau tak ada lagi penantian yang tak berujung itu.
Tak ada lagi rasa takut, sembunyi, berusaha menyelamatkan keadaan yang sudah tak lagi dapat di jangkau, tak ada lagi ku akan melihat mu begitu sedih ketika memikirkan seberapa dosa yang akan kau terima kalau kita terus melanjutkan ini. Tak perlu lagi kau bersedih saat apa yang kau impikan, keluarga yang kau pikirkan akan terpisah pada kedua kubuh yang berbeda.

Bukan, bukan aku maksud untuk menyakiti dan berusaha tegar. Tetapi saat tak ada restu dan takkan pernah ada restu, Aku bisa apa?
Membuatmu semakin dan semakin berdosa? Tak ada lagi kau harus mencari akal atau mencari alasan agar kau bisa menemui ku diam diam tanpa diketahui keluarga mu.

Tak ada lagi saat dimana kau akan terus dihadapkan pada perbincangan antar ibumu dan dirimu yang selalu menyalahkan mu karna diriku, yang beliau merasa kamu begitu jauh darinya karna aku, yang melihat mu berubah menjadi terlihat tidak seperti tunas baru dan tiang keluarga yang baik karna melihat diriku yang seperti ilalang dan kapak ini. Tak ada lagi saat dimana kau harus membela ku depan orang tua mu yang menjadikan mu begitu seperti menentang beliau dimata ibumu. Maafkan aku.

Aku tak ingin kamu terlalu jauh dengan keluarga mu, maafkan bila aku membuat keadaan menjadi seperti itu. Sesulit itu.
Lebih baik kamu kehilangan sepercik kebahagiaan mu pada saat ini daripada kamu kehilangan kebahagiaan mu seutuhnya sampai akhirat nanti.

Saat dimana aku tersadar, yap. Semua yang ku pikirkan, semua yang ku rencanakan memang kembali kepada sang Pencipta ingin mengeksekusi nya seperti apa.

Dan kembali lagi saat nya kamu akan berbahagia kelak dengan seorang yang bisa kamu ajak untuk beribadah bersama tanpa ada seorang tak dapat mengamini setiap doa doamu yang hanya dapat menunggu mu saja dari balik jendela kaca mushola.

Tak ada lagi. Ini sulit, tetapi bantu aku yah, kamu harus bisa tersenyum, banyak hal baik yang akan kau tuai dengan apa yang selama ini sudah kau tabur.

Lembar terakhir ini merupakan salah satu dari buku atau satu satunya buku indah yang ku baca. Tak ada sepercik kesalahan yang harus ku hapus. Ternyata benar. Dahulu ketika ku mengharapkan penghapus yang banyak untuk yang akan datang, kamu pun datang, dengan membawa penghapus yang banyak. Dan tak pernah ada satupun dari penghapus yang kau bawa itu kita gunakan. Begitu sempurna tulisan ini.

I dream of you tonight, tomorrow you'll be gone. I wish by God you'd stay. But......

Oke, Tugas ku sudah selesai. Jaga diri baik baik. See you in another time, Naufal Izzatur Rahman!

Related Articles

What Is On Your Mind? by Laurentia Tricilya Cascarine. Diberdayakan oleh Blogger.