Minggu, 11 Maret 2018

APA ADANYA

Ohoi..

Selamat malam untuk waktu bagian bekasi, kembali aku ingin sharing sharing pengalaman yang sebenernya engga juga dikatakan pengalaman sih.

Ini tentang ungkapan "terima gue apa adanya"
Hampir setiap pasangan kekasih akan saling mengutarakan hal tersebut, ada yang karna ungkapan tersebut jadi ribut, ada yang karna ungkapan tersebut jadi semakin membuat salut.

Jadi begini, aku akan membahas mengenai, pengungkapan kalimat tersebut itu tidak bisa sembarangan, tidak bisa asal jeplak, dan ada aturannya.

Kata "apa adanya" saya tarik senetral netral nya adalah yang berhubungan dengan awal penciptaan diri kita. Yakan? Yadong?
Ketika kita sudah turun ke dunia baru deh banyak cemaran atau hal baru yang pada akhirnya melahirkan sebuah watak, ada juga karakter. Itu pengaruh lingkungan sih.

Sebagai contoh deh ketika suatu pasangan, sang lelaki mengungkapkan bahwa "ya aku orang nya begini, temprament, ba bi bu be bo, kamu terima aku syukur, engga mau yaudah" itu kalimat maut, ketika kita sudah tidak tahu lagi harus bela diri kaya apa. Karena kita engga pernah ikut kelas bela diri, #jir

Nah kalimat apa adanya itu bukan dari watak, melainkan lebih kearah yang udah dasarnya Tuhan berikan dari awal. Karena pada dasarnya Tuhan MENUNTUT WAJIB semua manusia itu KUDU BANGET menjadi orang baik, so temprament itu bukan untuk di pelihara atau sijadikan bawan lahir kita. No.

Kedua jika mempunyai badan gemuk, awal penciptaan manusia ya, proporsional,yagasih? Yadong. Tidak ada satupun manusia yang ditakdirkan jadi orang gemuk, tidak ada. Manusia itu Tuhan yang ciptain, tapi Manusia Gemuk itu Manusia yang ciptain. Menjadi gemuk itu bukan takdir tapi pilihan, pilihan untuk membiarkan hawa tamak dan rakus menjadi nama tengah mereka.
Simpel, so jika seorang menjadikan gemuk sebagai bawaan takdir, saya akan menggarisbawahi kata No.

Tapi engga sampe disitu, ketika seorang pada akhirnya menerima keadaan diluar takdir yang dipaksakan menjadi takdir oleh manusia itu sendiri, ya bebas. Itu jatuhnya menerima karena kebutuhan, optional.

Tetapi untuk barisan yang tidak mau menerima, cobalah bertanggungjawab atas ucapan kalian, bantulah mereka untuk melepaskan masa masa "memaksa untuk diterima" itu dengan mencoba untuk memotivasi mereka berubah.

Karena jika dibiarkan, bayangkan, jika dia tetap temprament, kalian yang hanya lihat sebagian temprament nya saja sudah tidak mau menerima, gimana Tuhan yang bisa lihat semua akibat dari ke tempramental an kalian itu?

Atau jika membiarkan orang untuk tetap hidup dalam ke tamakan? Kamu membiarkan mereka mati perlahan.

So, menerima apa adanya itu tidak bisa asal di utarakan, namun harus dilihat pada diri sendiri, jika "sesuatu" itu selalu menjadi masalah dalam hubungan kalian, terlebih pada akhirnya selalu terungkap kalimat maut "gue ya gini, terima syukur, gaterima yaudah". Kalau itu selalu jadi masalah dan berujung perpisahan, berarti harusnya sadar, itu hal paling egois.


Sincerely,

Wanita berkulit sawo mateng.
Terima syukur, gaterima yaudah.

Related Articles

What Is On Your Mind? by Laurentia Tricilya Cascarine. Diberdayakan oleh Blogger.