Kamis, 06 Oktober 2022

BONTOT (BUNTUT)

Hmm..

Kalau boleh bertanya kepada saudara ku, bagaimana rasanya menjadi anak bungsu atau yang biasa kita sebut anak bontot (dari kata buntut)?

Enak

Paling di manja dan disayang

Dimenangkan terus dari kakak nya

Selalu di jajanin kakak nya

Yang paling di lindungi

Yang selalu dapet apa yang dimau


Sstttt, itu hanyalah di stereotype orang-orang, bukan kehidupan bontot ku. Kalau boleh aku curhat banyak sekali hal hal yang membuatku kadang bertanya kepada orang tua ku “ma, pa, kenapa aku dilahirin si? Kasian juga kan aku, kasian juga kalian. Emang nya engga kasian sama aku?”

Aku yang sedari kecil terlihat tercukupi segalanya, tidak juga. Malah setelah aku beranjak dewasa dan sampai hari ini pun aku kadang mencari apasih yang dikatakan orang menjadi anak bontot tuh enak?

Btw, aku tiga bersaudara, kaka laki laki dan kaka perempuan yang nomor dua.


Ini adalah kisah nyata hidupku

Sedikit banyak aku hanya ingin menceritakan pengalaman ku sebagai anak bontot. yang dimulai sedari SMP sudah empot empotan bayar uang sekolah karna “katanya” keuangan keluarga sedang tidak baik baik saja at the same time aku jarang bertemu orang tua karena aku dibesarkan di rumah nenek (dengan alasan karena kedua orang tua ku sibuk kerja). Saat ini aku tu berfikir “orang tua dua duanya bekerja, masa iya tidak bisa bayar uang sekolah? Agak lain memang”

Aku yang SMA dengan penuh kerelaan masuk ke Sekolah Negri karena katanya geratis biaya sekolahnya. Ya, kedua kaka ku masih dibiayai uang sekolahnya, aku kedapatan geratis.

Saat SMA pun tak sehari dua hari aku engga bisa makan siang karena tidak punya uang. Menjauhi segala aktifitas atau organisasi yang mungkin manyita waktu lama karena aku tidak memiliki kendaraan pribadi (mengandalkan metromini) 

Cukup enak untuk anak bontot?

Saat aku memasuki waktunya untuk kuliah, orang tua ku yang terlihat bisa beli apa saja itu mengatakan bahwa mereka tidak memiliki dana lagi untuk aku kuliah. 

Jadi, aku dicarikan rekomenasi oleh mamaku untuk masuk politeknik yang bisa memberi beasiswa anak didiknya. Singkat cerita, aku mendapatkan beasiswa tersebut dengan bersusah payah belajar dengan penuh giat dan tekun untuk mendapat peringkat 3 besar agar mendapat beasiswa.

Kaka ku yang pertama dibelikan motor CBR, kakaku yang kedua dibelikan motor Scoopy. Yang mana keduanya adalah kredit. Orang tuaku rela melakukan kredit padahal tidak bisa membiayai aku kuliah. Jarak rumah ke kampus ku 20km. Menggunakan ojek online

Tapi rumah ke kampus kaka ku hanya 5km. Tapi dia yang dibelikan kendaraan. Agak lain memang.

Sampai aku kuliah aku melalui jalur beasiswa prestasi. Setiap bulan aku mendapat uang saku yang kadang papaku minta untuk keperluan mendesak “katanya”.kurang lebih 3 tahun aku push my limit untuk tetap belajar dengan tekun meski karang tidak bisa makan siang karena gapunya uang. Pulang kuliah juga mencari teman untuk nebeng ketika tidak punya uang. Sampai TIDAK berangkat kuliah karena tidak punya uang untuk naik angkutan umum.

Bungsu? 

Dipertengahan tahun kuliahku, kantor papaku bangkrut dan perusahaannua memiliki utang cukup besar sehingga aset pun semua habis. Ya, sekitar tahun kedua kuliahku, papaku sudah stay at home.

Setelah selesai kuliah. Segala Puji Bagi Allah karena aku dilancarkan dan mendapatkan pekerjaan dengan cepat. 

Di awal karir ku, aku mendapati mama jatuh sakit. Aku setiap hari bolak balik RS dan kadang brangkat kerja dari RS. Karena kerjaku mobile keliling jakarta, kadang aku sempatkan jam istirahat untuk bertemu mamaku di RS (ya, papaku juga di rs kok nemenin mama).

Sampai aku berfikir untuk melanjutkan kuliah lagi atas amanah papaku yang tidak suka aku hanya lulusan D3, harus S1 (yang diwaktu bersamaan tuntutan beliau pun tidak di sertakan dengan modal. Intinya dia tidak terima anaknya hanya D3, gengsi)

Didasari atas beban psikis itu, akhirnya aku memberanikan diri untuk lanjut S1. Saat aku melanjutkan studi S1 ku, papaku berbicara soal biaya BPJS yang tidak bisa dibayar karena sudah tidak bekerja. Karena hubungan ku dengan mama cukup lebih dekat daripada anak anak yang lain, mamaku meminta tolong aku untuk membiayai BPJS agar mama tetap bisa dirawat di RS. 

Saat tahun akhir kuliah, rumah kami sempat di segel oleh PLN karena tidak membayar uang listrik, akhirnya mamaku kembali meminta kepadaku untuk membiayai listrik rumah.

Saat akan tiba kaka pertamaku hendak menikah, kami memberesi rumah kami yang sudah reot karena bangunan yang sudah tua menggunakan uang hasil jual tanah kebun orang tuaku yang mana uangnya akan dialokasikan juga untuk biaya nikah kakaku, Akhirnya kakaku menikah.

Pernah tidak tebesit dalam pikiran ku.. “kan yang duluan kerja dia, kenapa engga minta bayarin ini itu sama dia?”

Yagasi? Kakaku dua, kedua nya sudah bekerja saat aku mulai bekerja, ditambah melanjutkan kuliah


Ya, kata mereka “kasian, dia mau nikah biar nabung dulu”

owh.


Sampai akhirnya 3/4 dari biaya primer rumah aku yang biayai dengan penuh dengan ketelitian managemen uang agar cukup, mengurangi segala gaya hidup yang tidak perlu. Menabung pula agar memiliki pegangan ketika dalam keadaan darurat. Pokoknya uang ku setiap peser dalam pantauan ketat aku.

Singkatnya, aku lulus kuliah S1 ku tanpa uang sepeserpun dari orang tua.

Lanjut, suatu hari ada konflik, saat itu mamaku sudah pulang dari rs. Dan tiba tiba kambuh di rumah, dengan reaksi kambuhnya adalah BAB hitam dan muntah darah. Aku disitu panik karena mamaku hampir ilang kesadaran. Aku minta papaku untuk segera siap siap berangkat ke RS. Papaku dengan gaya santai nya dia menghubungi kaka sepupuku yang memiliki mobil untuk menjemput kita.

Kurang lebih sudah setengah jam kami menunggu dan mamaku sudah lemas berbaring di kasur. Aku konfirmasi lagi “pa, mas billy* sampai mana?”

“Lagi dijalan dari sukabumi*” jawab papaku. Dengan kondisi rumah kami di bogor* 

Tak lama papaku menghampiriku dan mengatakan “cil, minta duit buat ongkos dan bensin mas billy* , 150 lah”

Aku menyeringai “ha? Aku gapegang cash segitu adanya 50rb” akhirnya papaku minta 50 dari dan 100 nya dari kaka kedua ku yang kebetulan pegang uang cash.

15 menit menunggu, aku kulai gusar. Aku cek aplikasi taksi online, dan mendapati biaya ke RS itu 50rb an saja.

Aku menghampiri papaku diruang tamu yang sedang ngopi “pa, bilang mas billy* aja kita naik taksi online aja ini cuma 50rb aja kok biar cepet”


Dan kalian tau apa reaksi papaku? Matanya membelalak menatapku san mengatakan dengan cepat sambil balik badan menuju kepintu utama “yaudah sana kamu sama mama naik taksi online, papa mau nunggu mas billy*”

Mendengar itu, i swear to God aku mau ambil palu aku mau ketok kepalanya sampe bocor. Untung masih inget Tuhan.


Kejadian yang lucu itu berakhir pada prcakapan ku bersama mamaku yang dari dalam hati aku mau sediakan mobil 1 yang kecil dirumah karena didasari pengalaman kejadian itu. Singkat cerita akhirnya akhir tahun itu aku beli mobil kecil. Dengan harapan next kalau ada apa apa yang bersifat emergency dan butuh kendaraan tidak perlu berdebat panjang lebar langsung bisa berangkat apalagi yang berhubungan dengan kesehatan mamaku.

Wah. Dipikir pikir keuangan ku semakin tercekik nih. Listrik, grocery bulanan, aksidensial kebutuhan obat obatan mamaku,  cicilan mobil. Dan PASTInya aku memiliki kebutuhan pribadi dong.

Kesumpekan rumah ku juga dilengkapi oleh motor CBR kaka pertamaku yang di kembalikan oleh kakaku dengan alasan di apartemennya kalau setiap daftarkan kendaraan harus bayar biaya keamanan dan parkir bulanan yang bagi dia memberatkan disamping itu STNK nya masih atas nama mama aku.

Setelah sekitar 2 3 bulan motor itu dirumah, papaku memberikan info bahwa motor tersebut sudah dari 3 tahun lalu belum dibayarkan pajaknya. Aku be like “ha?”

Lalu papaku dengan ringannya bilang “kamu ada 2jt engga cil? Buat bayarin pajak nya”

Tau dong reaksi ku? He he

“Lah make juga kaga kenapa aku yang disuruh bayar? Sana tuh mas Coki* suruh bayar lah enak banget papa ngomongnya”


“Itu mas Coki kan udah punya anak kasian kalau disuruh bayar”

“Gada! Dia harus manage uang nya, ini kan pengeluaran tetap dianya aja yang make buat gaya hidup gamungkin duitnya engga ada” disitu aku meledak banget.

Dan papaku cuma reaksi sambil menghela nafas “hmm iya yaudah deh”

Yaudah deh yaudah deh MIKIR KONTIL! Dalem hatiku yang sudah panas dan meledak ledak.

Setelah itu aku tidak tahu apakah akhirnya pajak motor itu dibayar oleh siapa. Yang pasti AKU GAMAU!

Sampai kita time skip ke hari dimana aku mengusahakan motor CBR itu untuk dijual karena sangat sudah tidak dipakai cuma parkir dn sempit sempitin doang. Dan lumayan akhirnya dengan bantuan cowoku, motor itu terjual kurang lebih 13jt.

Dan setelah terjual ada obrolan singkat papaku yang mengatakan mau ngasih duit hasil jual motor itu ke kaka cowoku. Gatau sih rada aneh aja, rawat engga (karna asli tu motor busuk banget), dibayar pajak engga, masa duit hasil jualnya dikasi kedia. Ya serah deh yang penting tu 13 jt bukan angka yang kecil untuk seorang pengangguran yang masih butuh makan dkk.

——————————-Batas suci————————————

Yap, sampailah pada hari yang kurang menyenangkan, mamaku meninggal dunia.

Hidupku sekarang bersama kaka kedua ku dan papaku.

Ya, pas awal mamaku meninggal, papaku mengatakan kepadaku bahwa PBB rumah kami belum di bayar bayar sejak 6 tahun yang lalu dan meminta aku untuk bayarin. Kurang lebih 2jt karna plus denda.

Syok engga sih? Aku langsung potong “lah lah, kenapa ga dibayar rutin kan setahun cuma sekali gasampe gope pula”

Dengan entengnya papaku menjawab “ya kan waktu itu mama udah sakit” ucapnya.

Aku dalem hati “yeeh itumah papa ajak yang alig, malah penyakit mama dijadiin bumper” dan lucunya aku lupa saat itu kan baru tahun lalu jual CBR dapet 13jt kenapa tahun lalu engga dilunasin kan ya puncak komedi engga sih? Malah sekarang minta sama si bungsu YANG NOTABENENYA gapernah bisa dibiayain apa apa dari sekolah, makan, dll malah selalu menjadi pemangku keuangan keluarga ini. Apa apa aku apa apa aku. Alesan gaminta kakaku karna dulu mau nikah, udah nikah alesan nya punya anak. Lucu.


Setelah beberapa bulan mamaku meninggal aku di diaknosa ada kista di payudara, yang membuatku harus di operasi. Sampai perawatan awal sampai menjelang hari H pun aku kabari papaku aku akan operasi di hari tersebut.

Ketika hari H pagi pagi kakaku sudah bersiap untuk menemaniku, saat kami membangunkan papaku untuk mengantar ke RS papaku yang baru bangun itu menjawab “hmm itu nanti naik Taksi Online atau di anterin Rama*?”

aku syok banget masa respon pertama yang terlintas di otak dia saat tau anaknya ini mau operasi kok malah suruh orang lain anterin? (Btw Rama tu cowo aku), LOOO YANG HARUSNYA ANTER MALEH. Apa aku bukan anak kali ya? hanya sebuah produk percobaan biologi yang gasengaja jadi anak?

Dah aku kecewa banget banget sama papaku hari itu


Lompat ke present day


Saat ini kondisi keuanganku saja sudah sangat pas, sekarang sudah 90% dkebutuhan financial rumah aku yang biayain, jangan tanya apa saja yang dibayar, mending saya ungkapkan yang TIDAK saya bayar, yaitu uang Keamaman komplek 50rb dan uang PDAM <200rb. Ini kaka kedua ku yang handle

Kamu tanya apa aja? Ya sisanya semua aku yang “dengan besar hati sambil menghela nafas panjang”…..bayar.

Kenapa? Lagi dengan alasan “kasian ka Cika* mau nikah” yang satu mas Ciko* dulu kasian udah mau nikah pas udah nikah trus kasian biaya buat anak. Tar ka Cika* udah nikah pas punya anak bilangnya buat biaya anak atau biaya a i u e o dalam rumah tangga baru.

Yang jadi pertanyaan ku ketika nanti aku mau merencanakan pernikahan bakal berfikir kasian sama aku karna mau nabung buat nikah engga? WKWKWKWK SIAPA YANG MAU BAYARIN HIDUP LO, PA?

Bungsu? Enak? 

Ya kalau stereotype nya berjalan di aku. Kata orang orang kan anak bungsu tuh waktu kecil diemong, remaja di jajanin kaka yang udah lebih tua, pas kuliah dibayarin kaka yang udah kerja, pas kerja diajak jalan sama keluarga kaka. Trus aku balik balas budi buat biayain rumah dan ortu setelah kalian tinggalin aku ya VALID.  Lah ini dari kelian disini sampe kelian disana gapernah tu merasa jadi adik, malah merasa jadi paling kaka diantara kalian berdua :)


Sekarang aku selalu teriak ke papa ke mereka tentang hal ini.

Tapi apa? saya yang kalian lihat begini tersiksa nya aja sengaja tutup mata, kalian yang tau dan mendengar teriakan ku malah tutup telinga.

Bunuh saja aku sekalian langsung, jangan pelan pelan gini. 


Lagi pula aku sudah cukup lelah, mau istirahat saja :)


Ps: untuk kalian yang gatau rasanya jadi seperti saya dan masih selalu memberika Toxic Positivity, maaf saya resign dari hubungan bersama kalian. 

Rabu, 05 Oktober 2022

SAMBATERS OF THE DAY

Hmm

Sambat dihari Selasa yang super heroik. 

Baru juga pulang dengan menempuh waktu perjalanan sampai 2,5 jam (yang normal nya 40 menit) karna hujan, banjir, macet. B a n g e t

Sampai rumah baru touchdown, di hubungi lah , yuk online.


Aku cuma menghela nafas. Alig. Gatau lo apa yang gue alami suaat


What Is On Your Mind? by Laurentia Tricilya Cascarine. Diberdayakan oleh Blogger.