Rabu, 14 Maret 2018

SUDAH DAPAT UPAHNYA

Ohoi..

Selamat hari rabu yang kalau kata orang dalam inggris itu sadnessday.. Eh wednesday deng maksudnya.

Kembali kita chitchat berasama sharing sesuatu yang mungkin bisa jadi permenungan bersama diwaktu senggang.

Dinamakan Sudah Dapat Upahnya, sesungguhnya mereka sudah mendapatkah upahnya. Bagi sebagian orang pasti tidak asing dengan kalimat tersebut.

Bisa kita netralkan anggap saja sebagai seorang yang mencoba meng karma kan, suatu keadaan tidak menyenangkan yang pernah di alaminya di masa sebelum detik ini.

Owkay, hal tersebut adalah suatu ketidak kerenan di jaman ini. Kenapa? Kita ambil contoh, misalnya ya, suatu perempuan pernah mengagumi seorang lelaki, dan berjalan bersama selama bertahun tahun, namun saat perempun itu memberikan ajakan untuk mengarah yang lebih serius, bahkan sang perempuan sudah menyiapkan diri serta menerima sang lelaki segala kekurangan nya, namun sang lelaki tiba tiba menolak ajakan perempuan itu untuk lebih serius, karena.... Dia dahulu adalah seorang pelacur. (Misalnya contohnya)

Sampai akhirnya dia menyerah dan mundur secara sabar. Okay, dalam hati perempuan itu mencoba kuat. Dan ambil hikmah walau hanya kecil. "Disakiti, namun tidak berfikir untuk melakukan apapun selain menerima keadaan yang ada".

Untuk cut sampai kasus ini, jika memang dia sudah ikhlas dengan hal tersebut, pikir kita, oke Tuhan akan membahagiakan dia endingnya, upahnya akan datang dari atas.

Namun, cerita belum di cut sampai situ ternyata.
Selang beberapa Tahun, perempuan itu akhirnya mendapatkan apa yang dinantikannya, seorang sosok lelaki, merasa bahwa dia takut disakiti kembali atas hal masa lalu nya, dia menceritakan kala mereka sedang belum terikat apapun, sebatas sahabat, namun lelaki itu tidak sedikitpun memandang sebelah mata apa yang ada pada perempuan itu, ya, mereka menjalani pada akhirnya.
Lalu di tengah perjalanan, si perempuan mendapati beberapa fakta tentang lelaki itu. Fakta yang belum di ungkapkan, bahwa memiliki masa lalu jauh lebih kelam, dan masih saja membayangi sang lelaki.

Melihat hal itu, sang perempuan tak bisa menerima masa lalu itu.
Pada akhirnya perempuan memilih mundur dan tidak mau melanjutkan langkah nya. Karna kekelaman itu.

Semua orang, memiliki masa lalu, ada yang susah berlalu, ada yang masih membayangi, tetapi, masalalu tetaplah masalalu, sebesar apapun itu, kita hidup sekarang, jika di angkat menjadi satu vision dalam hubungan, tidak akan dapat di jawaban, karena kita tak tahu, karena tak lagi berada di masa lalu itu.

Sesungguhnya kita harus angkat kaki, pandang kedepan, kadang bayangan masa lalu menghantui, itu tanpa keinginan tanpa maksud, tanpa terbesit dipikiran, menghantui, beda dengan menjadi hantu. Menghantui itu kita pasif, menjadi hantu itu kita ikut serta peran itu.

So, moving on itu bukan kita dengan masa lalu kita aaja, tapi juga tentang dia dan masa lalunya, kelam? Biasa. Kalau engga kelam engga mungkin menghantui, lalau engga kelam engga mungkin akhirnya sama kita disini.

Toh jika ada seorang dari pasangan kalian yang berfikir seperti perempuan itu, kesabaran dia yang ingin dibalas manis oleh sang maha kuasa, mendadak sudah perempuan itu balas sendiri, dan perempuan itu lebih menerima membalas dengan hal setimpal, engga mau lebih. Dan disana, sang sutradara kehidupan merasa sudah tidak punya hutang, diam dan berkata

"sesungguhnya, dia sudah mendapatkan upahnya"

Sincerely,

Laurentia Tricilya Cascarine

Minggu, 11 Maret 2018

APA ADANYA

Ohoi..

Selamat malam untuk waktu bagian bekasi, kembali aku ingin sharing sharing pengalaman yang sebenernya engga juga dikatakan pengalaman sih.

Ini tentang ungkapan "terima gue apa adanya"
Hampir setiap pasangan kekasih akan saling mengutarakan hal tersebut, ada yang karna ungkapan tersebut jadi ribut, ada yang karna ungkapan tersebut jadi semakin membuat salut.

Jadi begini, aku akan membahas mengenai, pengungkapan kalimat tersebut itu tidak bisa sembarangan, tidak bisa asal jeplak, dan ada aturannya.

Kata "apa adanya" saya tarik senetral netral nya adalah yang berhubungan dengan awal penciptaan diri kita. Yakan? Yadong?
Ketika kita sudah turun ke dunia baru deh banyak cemaran atau hal baru yang pada akhirnya melahirkan sebuah watak, ada juga karakter. Itu pengaruh lingkungan sih.

Sebagai contoh deh ketika suatu pasangan, sang lelaki mengungkapkan bahwa "ya aku orang nya begini, temprament, ba bi bu be bo, kamu terima aku syukur, engga mau yaudah" itu kalimat maut, ketika kita sudah tidak tahu lagi harus bela diri kaya apa. Karena kita engga pernah ikut kelas bela diri, #jir

Nah kalimat apa adanya itu bukan dari watak, melainkan lebih kearah yang udah dasarnya Tuhan berikan dari awal. Karena pada dasarnya Tuhan MENUNTUT WAJIB semua manusia itu KUDU BANGET menjadi orang baik, so temprament itu bukan untuk di pelihara atau sijadikan bawan lahir kita. No.

Kedua jika mempunyai badan gemuk, awal penciptaan manusia ya, proporsional,yagasih? Yadong. Tidak ada satupun manusia yang ditakdirkan jadi orang gemuk, tidak ada. Manusia itu Tuhan yang ciptain, tapi Manusia Gemuk itu Manusia yang ciptain. Menjadi gemuk itu bukan takdir tapi pilihan, pilihan untuk membiarkan hawa tamak dan rakus menjadi nama tengah mereka.
Simpel, so jika seorang menjadikan gemuk sebagai bawaan takdir, saya akan menggarisbawahi kata No.

Tapi engga sampe disitu, ketika seorang pada akhirnya menerima keadaan diluar takdir yang dipaksakan menjadi takdir oleh manusia itu sendiri, ya bebas. Itu jatuhnya menerima karena kebutuhan, optional.

Tetapi untuk barisan yang tidak mau menerima, cobalah bertanggungjawab atas ucapan kalian, bantulah mereka untuk melepaskan masa masa "memaksa untuk diterima" itu dengan mencoba untuk memotivasi mereka berubah.

Karena jika dibiarkan, bayangkan, jika dia tetap temprament, kalian yang hanya lihat sebagian temprament nya saja sudah tidak mau menerima, gimana Tuhan yang bisa lihat semua akibat dari ke tempramental an kalian itu?

Atau jika membiarkan orang untuk tetap hidup dalam ke tamakan? Kamu membiarkan mereka mati perlahan.

So, menerima apa adanya itu tidak bisa asal di utarakan, namun harus dilihat pada diri sendiri, jika "sesuatu" itu selalu menjadi masalah dalam hubungan kalian, terlebih pada akhirnya selalu terungkap kalimat maut "gue ya gini, terima syukur, gaterima yaudah". Kalau itu selalu jadi masalah dan berujung perpisahan, berarti harusnya sadar, itu hal paling egois.


Sincerely,

Wanita berkulit sawo mateng.
Terima syukur, gaterima yaudah.
What Is On Your Mind? by Laurentia Tricilya Cascarine. Diberdayakan oleh Blogger.