Rabu, 15 November 2017

LIFE CHANGED, PEOPLE NOT.

Sulit akhirnya memutuskan untuk kembali menulis ke pojok blog usang ini.

Terakhir ku ketahui menulis untuk sesuatu yang amat ku syukuri atas berhasilnya aku melalui tahap sidang Tugas Akhir.

Kali ini seperti awal fungsi blog pada akhir nya over and over again kembali lagi ke 0, yaitu untuk memendam cerita melow ku aja.

Ya, kehidupan selalu berubah ubah setiap detiknya, tak berarti bahwa manusia juga berubah.

Dikala kita sudah upgrade ke tahap kehidupan selanjutnya, masa transisi adalah masa yang penuh gejolak emosi yang begitu se begitu gitu berombaknya.

Kadang merasakan bahagia karena layaknya anak bayi yang akhirnya sudah dapat merangkak, tapi kedepannya harus menghadapi rintangan seperti menaiki sebuah tangga.

Aku sedang sepenat penatnya, dan seberubah ubah nya. Dari aku yang di kuliah hanya datang, belajar, pulang, ngumpulin nilai, nilai yang masih bisa di negosiasi jika tidak mencapai target, yang masih bisa santai jika membuat kesalahan. Lho benar dong, intinya kuliah itu belajar, saat belajar itu saat tepat buat banyak kesalahan dan menjadi kemakluman.

Sekarang, aku sudah masuk ke tahap yang namanya "Benar Sejak Awal". Kehidupan pekerjaan yang dimana setiap individu dari departemenku adalah pemegang ujung tombak uang perusahaan itu akan keluar.
Kehidupan dimana kita di gaji untuk membuang uang perusahaan dengan prosedur "Benar Sejak Awal". Pekerjaan dimana kita harus pada keadaan pura pura happy di depan pelanggan dengan suana hati dalam keadaan seterpuruk apapun tak perduli. Pekerjaan dimana kesalahan individu bukanlah tanggung jawab departemen, melainkan pribadi. Jika saya salah, ya saya yang salah, jika saya lalai ya saya yang lalai, jika saya yang terkena audit ya saya yang salah, jika harus nombok ya saya yang nombok.

Its not that damn easy.
Life changed, always.
Kehidupan itu berubah ubah, emosiku juga berubah setiap waktu.

So please, move on.
Jangan lagi memperlakukan wanita yang emosi nya bergejolak ini seperti hal nya menjinakan emosi laki laki.

Seorang laki laki jika melihat teman laki nya marah, mereka paham, diami selama paling 1 2 hari, baru ajak ngomong dan semua masalah kelar, he moved on.

Tapi tidak seperti perempuan, perempuan tidak dapat ditinggal begitu saja ketika kamu sedang memiliki masalah dengan dirinya.

Seorang laki laki tak patut menangis lebih dalam didepan perempuannya ketika peremuannya sedang marah, perempuan tak pernah bisa se lebih marah itu, ujung nya menangis, namun melihat lelakinya menangis, yeah haruskah berperan seperti lebih lelaki lagi?

Yeah, lelaki harus lebih tegas, seharusnya.
Tak berart bila lelaki hanya berlari menjauhi masalah atau membiarkan masalah itu mereda dan berakhir dengan sendirinya.
Seolah perempuannya paling mengerti segalanya.

Okey, its fine.
Fyi, bukan masalah saja yang berakhir, Tapi hubungan pun juga bisa berakhir.

Karna apa? Karna lagi lagi seorang wanita temprament ini dibiarkan untuk jadi pioneer untuk menegaskan jalan dalam meja catur.

Selalu saja,
Harusnya aku yang diam,
Harusnya aku yang masa bodo,
Harurnya aku yang menangis,
Harusnya aku yang diajar.
Harusnya aku yang dikhawatirkan.

Harusnya, aku diperlakukan seperti wanita, sekali lagi.

Sincerely,


Laurentia Tricilya Cascarine
What Is On Your Mind? by Laurentia Tricilya Cascarine. Diberdayakan oleh Blogger.